Ketika Karl Mark masuk ISLAM

?Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa keadilan dan kesetaraan adalah utusan Allah?

?Salah, yang bener, Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.?

?Nggak mau, semua manusia itu utusan Allah.

?
Cak Joko geleng-geleng. Ya, yang geleng-geleng itu Cak Joko, Jokocholish Madjid. Siapa pula yang baru masuk Islam tapi ngeyel itu.

?Baiklah kalau maumu begitu, tapi ingat menjadi Islam itu berat. Menebarkan keselamatan kepada semua makhluk hidup, menjadi rahmat bagi seluruh alam.?

?Baik, Kamerad?


?Hush, jangan panggil aku kamerad. Panggil aku Cak Joko?


?Ya, Cak Joko.

?
Mengherankan, yang masuk Islam itu mempunyai tattoo palu arit di lengannya.

Akhirnya mereka berdua berjalan-jalan. Tujuan mereka ternyata sebuah pemukiman kumuh di pinggiran Jakarta.

?Nah, Marx. Kau lihat sendiri nasib bangsaku ini, mereka bermegah-megah dalam nama Islam, tetapi nasib para miskin dan papa ini tidak diperhatikan sama sekali. Politik hanyalah perkelahian memperebutkan jabatan. Banyak partai berlandaskan Islam tapi kelakuannya seperti partai berasaskan setan.

Pesan besar Muhammad tidak ada yang mengerti, yang mereka mengerti hanya yang normatif saja, syahadat, sholat, puasa, haji, sedangkan zakat pun kebanyakan lupa tidak menunaikannya. Substansi ajaran dilupakan, ribut sehari-hari masalah simbol. Kau lihat betapa masjid bertebaran dimana-mana, tapi adakah masjid yang menampung orang-orang miskin dan melindungi orang-orang yang dizolimi, tidak ada Marx. Masjid itu justru menzolimi mereka.

?
Oohh, ternyata yang bersama Cak Joko itu Marx, itu tuh pendiri paham komunisme yang tersohor.

?Islam itu indah Marx, seharusnya kau tahu itu dari dulu. Islam berusaha mewujudkan masyarakat adil makmur, dengan toleransi dan sistem sosialisme berupa distribusi kesejahteraan yang jelas. ?

?Cak Joko, sudahlah jangan berkhotbah. Agama yang telah diinstitusionalisasi semuanya korup dan represif, aku tidak tertarik agama semacam itu. AKu menjadi muslim hanya karena aku paham keinginan Muhammad untuk membentuk masyarakat sejahtera lahir batin, dengan sistematis melalui strategi politik. Keinginanku dan keinginannya tidak jauh berbeda, dimana tidak kutemukan di pemimpin agama lain baik itu Yesus, Musa, Zarathustra, bahkan Sidharta sekalipun. Kebanyakan pemimpin agama hanya pasif dan tidak bertindak strategis dan sistematik. Muhammad menggabungkan kebertuhanannya dalam pesan membumi yang jelas, aku sendiri belum tahu apakah Tuhan itu ada, tapi yang jelas menjadi ateis seperti aku dulu juga terlalu jauh.?


?Kau kira aku pun Islam?

?, jangan salah Marx. Jujur saja ya, sebenarnya aku muak pula dengan Islam, apalagi Islam konservatif ala
Indonesia. Tapi bagaimana lagi, aku bisa lebih berbuat untuk memajukan bangsa ini kalau aku masih memakai label Islam, jika aku keluar dari Islam terang-terangan, dengan gampang mereka akan menyingkirkanku dari percaturan peradaban Indonesia.?

?Lho, koq bisa..??


?Kau jangan pura-pura gak tahu Marx. Literatur yang kita baca gak terlalu jauh beda, aku pun banyak baca bukumu Marx. Tapi sekali lagi hanya karena terlalu kuatnya akar agama di Indonesia ini, aku terpaksa memeluk Islam. Islam yang aku junjung tentu Islam liberal, yang walaupun nafasnya tidak Islam, tetapi masih dilabeli Islam. Tapi tetep, sejujurnya agama tak menjadi masalah bagiku.

Tapi juga jangan kira yang seperti ini aku saja, aku punya banyak kawan lain yang terpaksa bersembunyi ria dalam Islam. Gus Dur, Emha Ainun Nadjib, Ulil Abshar Abdalla, wah banyak sih sebenarnya.

?
Kini Marx yang geleng-geleng kepala. Baru saja dia memeluk Islam setelah mendengarkan cerita Cak Joko tentang Muhammad, dan dia ingin belajar lebih banyak tentang Islam. Tapi setelah Cak Joko bilang seperti itu, layaknya sudah padam keinginan itu. Islam bagi Marx adalah perjuangan kelas seperti di jaman Muhammad, selebihnya Marx tidak perduli.

? Bukankah kau sendiri pernah bilang Marx, kritik surga adalah kritik dunia, kritik agama adalah kritik politik. Agama tak lebih sekedar alat, tujuannya tentu bukan agama itu sendiri.

Tujuannya adalah rahmat bagi semesta alam, kebahagiaan lahir batin semua makhluk. Sebagaimana komunisme
kan juga alat, tujuannya sama juga kan.

?
Marx tertegun, dia terbayang sekilas perjalanannya sehingga terdampar di Indonesia. Setelah mati dalam keadaan miskin dan keluarganya kelaparan di Inggris sana, roh Marx melanglang buana kemana-mana. Sampai suatu ketika sampailah dia di Indonesia.

Dia berjalan-jalan di pelosok-pelosok, kemiskinan dan penderitaan masih mewarnai seluruh penjuru. Tapi penyebab kemiskinan bukanlah agama, tetapi sistem yang bobrok. Agama sering menjadi tumbal karena dengan agama orang memperburuk sistem yang bobrok.


?Kau tahu Marx, apa yang perlu dilakukan di Indonesia yang sudah parah ini..??


? Revolusi, tiada kata lain. Tapi revolusi damai, Rusia dan Cina telah membuka mataku bahwa komunisme radikal tidaklah juga berguna, karena human costnya terlalu besar. Yang paling penting adalah perbaikan infrastruktur politik sehingga rakyat kebanyakan yang menentukan arah pembangunan bangsa, dengan sendirinya ekonomi akan kembali dipegang oleh rakyat, bukan oleh kapitalis ataupun oleh birokrat.?


?Apa yang kau maksud perbaikan infrastruktur politik itu Marx..?

?
Cak Joko mulai mengerutkan keningnya, tanda dia sudah mulai serius mendengarkan apa yang dibilang Marx.

?Institusi politik dari bawah sampai ke atas. Karena institusi di pusat sudah tidak bisa diharapkan, yang dikembangkan adalah institusi yang ada dan berkembang di desa-desa itu. Segala bentuk perkumpulan yang berdasarkan musyawarah mufakat, toh sudah ada sebenarnya, tapi tidak digunakan secara maksimal. Terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama kekayaan alam, semuanya harus dikelola bersama oleh masyarakat setempat, pendatang ataupun asli tidak masalah. Kalau kekurangan modal, itu tugas negara untuk mengucurkan dananya, jangan dikucurkan lagi kepada bajingan-bajingan ekonomi yang akhirnya malah gak pada bayar utang itu.?


?Bagaimana mewujudkan itu Marx..??


?Itu tugas kita bersama Cak Joko. Penyadaran dan sekaligus rencana sistemik harus ada. Aku hanya membayangkan, bahwa permulaannya haruslah dari institusi di desa-desa yang mayoritas di
Indonesia itu. Masyarakat harus dididik untuk mandiri dan berorganisasi secara benar. Kalau tuntutannya tidak dituruti, mogok atau demonstrasi. ?

? Tidak Marx, aku rasa yang perlu dididik malah bukan rakyat. Elit politik dan middle class lah yang perlu pendidikan, mereka inilah yang bodohnya keterlaluan. Kalau perlu dibasmi saja elit-elit yang korup itu, dan middle class yang picik dan oportunis juga perlu dibasmi.?


? Lho, bagaimana ini. Aku memeluk Islam, malah sekarang Cak Joko yang mengadopsi komunisme.?


?Sekarang aku baru ingat, bahwa ketika negara sudah hancur sistemnya, satu-satunya jalan adalah kekerasan. Revolusi yang dipimpin kaum muda, seperti yang dilakukan Muhammad dulu memerangi Quraisy.?

?Cak Joko ini bagaimana,
kan sudah kubilang human costnya terlalu tinggi.? ? Lebih baik kehilangan manusia-manusia bajingan itu daripada setiap detik kehilangan anak-anak yang mati karena kelaparan.?

?Ya Cak Joko, tetapi Muhammad menggunakan kekerasan hanya kalau diperlukan saja. Bukankah Cak Joko cerita kalau Muhammad menaklukkan Mekkah akhirnya dengan damai tanpa korban terlalu banyak.?


? Sudahlah, kau tidak tahu
Indonesia. Kondisi di sini lebih parah daripada Mekkah. Jaman Muhammad musuhnya jelas, sekarang ini musuhnya justru orang-orang Islam sendiri. Revolusi atau mati..

?
Rupanya mereka berdua lupa, kalau mereka sudah mati. Roh mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa di dunia.


Tidak ada komentar: